kita semua tahu kalau sebuah perjuangan tanpa semuanya ikut berjuang, tidak akan sukses. hanya satu orang yang mengusahakan, dan seorang lagi menutup kesempatan itu sama saja dengan berusaha menghitung bintang di langit. yah, mudah saja, buat apa kita berjuang bila orang tersebut tidak ingin diperjuangkan.
saya pernah membaca sebuah account penyemangat di twitter, dia berkata "bila perjuanganmu tidak dihargai, berhentilah. kamu berhak untuk memperjuangkan yang berhak untukmu" ah benar sekali.
sulit memang melepaskan yang sudah terlalu menempel dengan keras di hati, tapi kadang kita harus menyerah kepada takdir dan kenyataan. now, its time for universe to work it out.
cinta itu sederhana seharusnya. biarkan cinta mengalir dengan jalannya, kamu sayang aku. aku sayang kamu. mari kita jalan bersama. mari kita menangis bersama. mari kita tertawa bersama. mari kita melakukan hal memalukan bersama. mari kita membagi hati bersama.
tapi bila cinta dipaksakan akan banyak alasan yang dibuat untuk melepas cinta itu, dan mungkin alasan itu klasik. ah sungguh menyedihkan memang bila menjadi si punguk yang selalu bertepuk sebelah tangan.
saya pernah membaca, "kau bertepuk sebelah tangan pada cinta sampai malaikat yang akan bertepuk tangan untuk cintamu" begitu besarnya cintamu sampai malaikat pun akan bertepuk tangan untukmu, dan sungguh bodohnya orang yang menyia-nyiakan cintamu.
entah apa yang dia cari, kita semua tidak tahu. siapa sih yang bisa membaca hati manusia? mungkin dukun saja tidak bisa.
saat kau berjuang untuk cintamu, dan orang yang kau perjuangkan memberi beribu alasan, salah satunya alasan budaya, maka berhentilah. mungkin dia terlalu lelah melihatmu berjuang, mungkin dia terlalu sedih melihat caramu berjuang, mungkin dia sudah tidak ingin kau perjuangkan.
tuhan berkata, "setiap manusia itu sama. kita tidak boleh membedakan manusia" tapi mengapa menikah pun harus dengan yang sama dengan "bangsa" nya? bukankah kita sama-sama makan nasi? sama-sama mandi? sama-sama makhluk tuhan? mungkin sudah tradisi.
bukankah tradisi seperti itu di zaman sekarang sungguh sangat kejam? ah, sudah lah terlalu banyak hal di dunia ini yang tidak bisa dimengerti dengan akal sehat.
saya harus jujur, saya terlalu tenggelam dengan pikiran saya, pikiran saya seperti memakan saya sampai akhirnya saya harus tersesat dalam lambung kebingungannya. apakah saya dan kamu harus bergantung dengan keadaan yang menyedihkan gara-gara budaya tersebut? ah sungguh menyakitkan ketika cinta yang harusnya begitu sederhana menjadi sangat rumit dengan munculnya berbagai faktor. kamu berkata dilema dengan keadaan kita sekarang tapi kamu diam saja, maka aku yang bertindak. pikiranku, iya aku yang hanya seorang manusia yang kadang tidak bisa berfikir panjang mencoba mencari solusi. ya, aku harus buat kamu benci aku, agar kamu bisa pergi tanpa penyesalan dengan budayamu itu. biarlah aku di sini yang tetap menyisakan cintaku untukmu.
sayang, maaf untuk masalah yang terlalu kekanakan yang telah aku ciptakan, percayalah sayang, ini hal terbaik untuk kita sama-sama pergi.
"menyerah akan terasa susah bila kita masih merasa sayang, sayang"
terlalu banyak air mata yang menetes. terlalu singkat sebenarnya untuk menyerah, tapi kamu, kesayangan aku, tidak mau aku tolong untuk memperjuangkan semuanya. kalau sudah demikian, aku bisa apa lagi?
terlalu luas tembok yang membentang menghalangi kita dan terlalu mudah kau menyerah, sayang.
Ada yang bilang ke gue, "seseorang yang menyerah untuk mempertahankan hubungan percintaannya adalah seseorang yang gak pantas buat kita perjuangkan. Maka lupakan saja, dan biarkan dia menyesal dengan kelemahannya itu. Karena sesungguhnya orang yang benar benar tulus mencintai kita adalah orang yang mau mencium tanah, mengeluarkan nanah bahkan darah agar cintanya tetap terjaga" Lets Moving!! *Laskar Patah Hati!
BalasHapus